Pacaran! Tidak adil? Masa’? IYA!
Islam memang tidak pernah mengharamkan cinta, malah
mengarahkan untuk saling berkasih sayang. Apalagi saling mencintai sesama orang
yang beriman, itu sangat dianjurkan dalam Islam. Karena mencintai orang lain
seperti mencintai diri sendiri adalah termasuk bagian dari iman. Seperti hadist
berikut.
Diriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi SAW bersabda :
“Tidaklah (sempurna) iman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai
kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya
sendiri” (H.R; Bukhari: 13)
Firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang mukmin
adalah bersaudara…..” (Q.S. Al-Hujurat: 10)
Semua orang-orang yang beriman kepada Allah Azza Wa Jalla
adalah saudara. Jadi, sudah semestinya kita semua saling mencintai dan
menyayangi sebagai hamba Allah yang taat kepada-Nya. Tentunya yang dimaksud
mencintai disini bukan untuk pacaran, tetapi lebih kepada hal positif seperti;
karena rasa cintamu itu kau bisa menjadi lebih peduli kepada sesama muslim juga
kepada semua makhluk ciptaan-Nya tanpa ada pengkhususan. Namun, mencintai
sesama makhluk Allah bukanlah yang utama apalagi yang terutama. Akan tetapi, mencintai
Allah SWT dan Rasul SAW adalah tetap yang paling utama.
Hadist tentang mencintai Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya
SAW itu lebih utama. Dari Anas ra. Nabi SAW bersabda: “…… bahwa Allah dan
Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia mencintai seseorang yang
tidak ia cintai melainkan karena Allah…….” (H.R; Bukhari: 16)
Berdasarkan hadist diatas. Bukankah pacaran adalah suatu
bentuk ketidakadilan? Yang seharusnya cinta itu lebih utama untuk Allah dan
Rasul-Nya. Akan tetapi, beberapa orang malah mempersembahkannya hanya untuk si
pacar. Menjadikan cinta itu hanya terpusat padanya. Bukankah itu tidak adil? Bukan
hanya untuk makhluk-Nya akan tetapi ini lebih tidak adil lagi untuk Allah SWT dan
Rasul-Nya SAW.
Mungkinkah, orang itu punya cinta yang lain selain cintanya itu
untuk dia berikan kepada-Nya? jika iya, pastilah itu hanya sisa-sisanya saja.
Jika orang itu adalah dirimu, apakah kau tega memberikan Allah dan Rasul-Nya hanya
sisa-sisa dari cinta yang tak seberapa itu?. Sering sekali orang lupa shalat karena sibuk sama
pacar, lupa baca Al Qur’an karena lagi asik baca sms, begadang bukan lagi untuk
shalat malam tetapi nemenin pacar. Ternyata, pacaran sering sekali membuat
seseorang lalai akan kewajibannya. Naudzu’billahimin dzalik.
Sebenarnya untuk apa sih pacaran? Apa untuk saling mengenal?
Mengenal siapa? Apa dia dan keluarganya, supaya jalan menuju jenjang pernikahan
itu mudah? Atau supaya pernikahan itu langgeng? Tapi kok faktanya beda ya.
Bagaimana dengan orang yang pacaran sampai bertahun-tahun tapi masih belum dikenalkan
dengan keluarga si pacar?. Ada juga yang pacaran lama tapi malah bercerai. Tak
jarang juga orang yang pacaran ujung-ujungnya menjadi musuh. Malah, ada yang
sering diwarnai dengan kekerasan, pelecehan, pembunuhan dan akhirnya si pelaku
berujung di penjara.
Apa pacaran mereka tidak bernama pacaran? Lalu apa?. Walau ada juga yang langgeng tapi apa mereka pantas untuk dijadikan contoh? Ku rasa tidak, karena setahuku yang pantas dijadikan contoh itu hanyalah keluarga Rasulallah SAW.
Apa pacaran mereka tidak bernama pacaran? Lalu apa?. Walau ada juga yang langgeng tapi apa mereka pantas untuk dijadikan contoh? Ku rasa tidak, karena setahuku yang pantas dijadikan contoh itu hanyalah keluarga Rasulallah SAW.
Semoga
kita bisa menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarganya sebagai
teladan yang baik untuk kita karena contoh yang baik itu ada pada diri
Rasulullah SAW dan orang yang dekat dengannya.
Nb: Pacaran adalah pintu. Salah satu pintu menuju maksiat,
karena ada beberapa aktifitas yang hanya dilakukan oleh orang yang pacaran.
Saat orang itu tidak pacaran, bukan berarti dia tidak laku. Mungkin saja dia
sedang munutup pintu itu rapat-rapat supaya dirinya tak jauh dari ridho Allah.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat.. AamiinYarabbal’aalamiin.