Jumat, 31 Juli 2015

PACARAN ADALAH SUATU BENTUK KETIDAKADILAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pacaran! Tidak adil? Masa’? IYA!


Islam memang tidak pernah mengharamkan cinta, malah mengarahkan untuk saling berkasih sayang. Apalagi saling mencintai sesama orang yang beriman, itu sangat dianjurkan dalam Islam. Karena mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri adalah termasuk bagian dari iman. Seperti hadist berikut.
 
Diriwayatkan dari Anas ra. dari Nabi SAW bersabda : “Tidaklah (sempurna) iman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri” (H.R; Bukhari: 13)

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara…..” (Q.S. Al-Hujurat: 10)

Semua orang-orang yang beriman kepada Allah Azza Wa Jalla adalah saudara. Jadi, sudah semestinya kita semua saling mencintai dan menyayangi sebagai hamba Allah yang taat kepada-Nya. Tentunya yang dimaksud mencintai disini bukan untuk pacaran, tetapi lebih kepada hal positif seperti; karena rasa cintamu itu kau bisa menjadi lebih peduli kepada sesama muslim juga kepada semua makhluk ciptaan-Nya tanpa ada pengkhususan. Namun, mencintai sesama makhluk Allah bukanlah yang utama apalagi yang terutama. Akan tetapi, mencintai Allah SWT dan Rasul SAW adalah tetap yang paling utama. 

Hadist tentang mencintai Allah Azza Wa Jalla dan Rasul-Nya SAW itu lebih utama. Dari Anas ra. Nabi SAW bersabda: “…… bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia mencintai seseorang yang tidak ia cintai melainkan karena Allah…….” (H.R; Bukhari: 16)
Berdasarkan hadist diatas. Bukankah pacaran adalah suatu bentuk ketidakadilan? Yang seharusnya cinta itu lebih utama untuk Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, beberapa orang malah mempersembahkannya hanya untuk si pacar. Menjadikan cinta itu hanya terpusat padanya. Bukankah itu tidak adil? Bukan hanya untuk makhluk-Nya akan tetapi ini lebih tidak adil lagi untuk Allah SWT dan Rasul-Nya SAW.

Mungkinkah, orang itu punya cinta yang lain selain cintanya itu untuk dia berikan kepada-Nya? jika iya, pastilah itu hanya sisa-sisanya saja. Jika orang itu adalah dirimu, apakah kau tega memberikan Allah dan Rasul-Nya hanya sisa-sisa dari cinta yang tak seberapa itu?.  Sering sekali orang lupa shalat karena sibuk sama pacar, lupa baca Al Qur’an karena lagi asik baca sms, begadang bukan lagi untuk shalat malam tetapi nemenin pacar. Ternyata, pacaran sering sekali membuat seseorang lalai akan kewajibannya. Naudzu’billahimin dzalik.

Sebenarnya untuk apa sih pacaran? Apa untuk saling mengenal? Mengenal siapa? Apa dia dan keluarganya, supaya jalan menuju jenjang pernikahan itu mudah? Atau supaya pernikahan itu langgeng? Tapi kok faktanya beda ya. Bagaimana dengan orang yang pacaran sampai bertahun-tahun tapi masih belum dikenalkan dengan keluarga si pacar?. Ada juga yang pacaran lama tapi malah bercerai. Tak jarang juga orang yang pacaran ujung-ujungnya menjadi musuh. Malah, ada yang sering diwarnai dengan kekerasan, pelecehan, pembunuhan dan akhirnya si pelaku berujung di penjara.
Apa pacaran mereka tidak bernama pacaran? Lalu apa?. Walau ada juga yang langgeng tapi apa mereka pantas untuk dijadikan contoh? Ku rasa tidak, karena setahuku yang pantas dijadikan contoh itu hanyalah keluarga Rasulallah SAW.
Semoga kita bisa menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarganya sebagai teladan yang baik untuk kita karena contoh yang baik itu ada pada diri Rasulullah SAW dan orang yang dekat dengannya.

Nb: Pacaran adalah pintu. Salah satu pintu menuju maksiat, karena ada beberapa aktifitas yang hanya dilakukan oleh orang yang pacaran. Saat orang itu tidak pacaran, bukan berarti dia tidak laku. Mungkin saja dia sedang munutup pintu itu rapat-rapat supaya dirinya tak jauh dari ridho Allah.

Waallahu a'lam bishawab.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat.. AamiinYarabbal’aalamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar