Seperti apakah wanita-wanita yang dekat dengan Allah?
Siapakah mereka? Dimanakah dia berada?
Dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya
wanita adalah aurat. Maka jika dia keluar (rumah), syaitan akan mengikutinya
(menghiasinya agar menjadi fitnah bagi laki-laki). Dan keadaan wanita yang
paling dekat dengan Allah adalah ketika dia berada di dalam rumah”. (H.R; Ibnu
Khuzaimah no. 1685, Ibnu Hibban no. 5599, dan At-Thabrani dalam “al-mu’jamul
ausath” no. 2890, dinyatakan shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban,
al-Mundziri)
Berdasarkah hadis di atas, telah disebutkan bahwa wanita
yang paling dekat dengan Allah adalah dia yang tinggal dirumahnya. Namun, apa
jadinya saat dia begitu dekat dengan Allah, yang dilakukannya adalah
kemaksiatan? Pastilah, hal tersebut sangat merugikan wanita itu!
Bukan tanpa alasan Rasulullah SAW menyarankan wanita untuk
tetap tinggal dirumahnya.Sebab saat mereka keluar (rumah) akan banyak sekali menimbulkan
fitnah. Sebenarnya, berada dirumah lebih aman untuk wanita, juga lebih baik untuk
ketenangan jiwanya. Perasaan wanita begitu sensitif dan terkadang emosinya cepat
sekali meledak-ledak, karena hal itu dia membutuhkan tempat yang tenang
untuknya menenangkan pikirannya dan tempat terbaik untuknya adalah dirumahnya.
Walaupun begitu, percayalah itu hanya untuk sebentar, saat perasaannya kembali
tenang dia pasti akan menjadi seorang wanita yang lemah lembut kembali karena
wanita diciptakan dengan rasa kasih sayang yang lebih besar dalam dirinya. Saat
berada dirumah keadaan seorang wanita akan cenderung lebih tenang dan terkontrol,
perilakunyapun akan lebih terjaga. Oleh sebab itu, berada dirumah adalah lebih
baik untuk wanita.
Namun, sabda Nabi SAW tersebut bukan berarti menunjukan
keharaman mutlak bagi wanita untuk keluar rumah. Islam masih membolehkan wanita
untuk keluar rumah dengan alasan yang dibenarkan syara’; dengan alasan wanita
tersebut bisa menjaga diri sekaligus bisa meminimalisir timbulnya fitnah
tersebut. Yakni dengan menampakkan diri dan berpenampilan yang biasa-biasa saja
sesuai dengan yang diperbolehkan oleh syara’, tidak berlebih-lebihan dan tidak
dengan sengaja menunjukkan kelebihan yang ada pada dirinya.
Firman Allah SWT: “Dan hendaklah kalian (wahai istri-istri
Nabi) menetap dirumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj (sering
keluar rumah dengan berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan)
wanita-wanita jahiliyah yang dahulu….” (Q.S; Al Ahzab: 33)
Imam al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat di atas, beliau
berkata: “Makna ayat ini adalah perintah (bagi kaum perempuan) untuk menetapi
rumah-rumah mereka. Meskipun (asalnya) ini ditujukan kepada istri-isrti Nabi
SAW, akan tetapi secara makna (wanita-wanita) selain mereka (juga) termasuk
dalam perintah tersebut. Seandainya tidak ada dalil yang khusus (mencakup)
semua wanita. Padahal (dalil-dalil dalam) syariat Islam penuh dengan perintah
bagi kaum wanita untuk menetapi rumah-rumah mereka dan tidak keluar rumah
kecuali karena darurat (terpaksa)” [Kitab “al-Jaami’liahkaamil Qur’an”
(14/174)]
Maka dari itu, saat wanita itu berada di dalam rumah akan
lebih baik jika mempergunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Seperti
membaca Al-Qur’an, Al-Hadist, dan hal-hal yang mendatangkan ridho Allah.
Beruntunglah wanita yang senantiasa lebih menyukai berada di rumahnya dan ia
selalu mengerjakan amal-amal shaleh didalamnya, sedang ia dalam keadaan
beriman.
Nb: Tidak ada yang tidak menyita waktu. Namun, yang terpenting
adalah bagaimana supaya waktu yang tersita itu digunakan untuk sesuatu yang
mendatangkan manfaat bukan mudhorat.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat.. AamiinYarabbal’alamiin.
tulisan bermanfaat.. :-D
BalasHapusinsya Allah, terimakasih atas kunjungannya :)
Hapus